LOW BACK PAIN
(NYERI PUNGGUNG BAWAH)
BAB I
PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Low Back Pain (LBP) adalah nyeri yang dirasakan pada derah punggung
bawah dimana sumber nyeri tersebut bisa berasal dari otot, punggung, saraf,
atau struktur lain pada regio punggung. Sumber nyeri juga bisa berasal dari
area lain seperti pikiran (psikologis), harnia, atau masalah pada testis /
ovarium.
B.
TANDA DAN GEJALA
Pasien biasanya mengeluh nyeri
punggung akut maupun kronis (lebih dari 2 bulan tanpa perbaikan) dan kelemahan.
Karakteristik LBP
diantaranya :
- Nyeri punggung paraspinal
- Nyeri
diperhebat oleh pembebanan punggung
- Nyeri
alih ke regio gluteus atau paha
- Nyeri
hilang bila istirahat
C. ETIOLOGI
Sebagian
besar nyeri punggung bawah tidak dapat ditentukan penyebabnya secara jelas.
Beberapa
penyebab LBP:
1. Keseleo otot (muscle
strain)/ otot yang tertarik.
2. Spasme otot.
3. Osteoartritis.
4. Sciatica.
5. Osteoporosis.
6. Hernia bantalan.
7. Fibromyalgia.
8. Luka pada usus 12 jari.
9. Lainnya : infeksi kandung
kemih, endometriosis (jaringan endometrium dari kandungan /uterus yang berada
diluar uterus), kanker ovarium (indung telur), kista ovarium, testis yang
terputar dan sebagainya.
D. PATOFISIOLOGI
Konstruksi
punggung yang unik memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat
memberikan perlindungan maksimal terhadap sumsum tulang belakang. Discus
invertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua.
Sehingga degenerasi discus ini merupakan penyebab nyeri punggung utama.
Patofisiologi
dikalisifikasikan berdasarkan beberapa penyebab LBP:
1. Keseleo otot (muscle
strain)/ otot yang tertarik. Otot yang tertarik/teregang termasuk tendon dan
ligamen atau sendi yang meradang dapat menyebabkan sakit punggung
2. Spasme otot. Otot yang
berkontraksi (spasm) merupakan akibat adanya kerusakan. Spasme ini sebenarnya
dimaksudkan untuk mengistirahatkan bagian yang sakit sehingga mencegah
kerusakan lebih lanjut
3. Osteoartritis. Adalah
proses penuaan sendi biasanya pada usia di atas 60 tahun. Terjadi kerusakan
tulang rawan yang melapisi permukaan dalam sendi ruas tulang belakang.
4. Sciatica. Nyeri karena
terjepitnya saraf atau meradang, dirasakan di bagian punggung, dapat menjalar
ke bokong/bagian belakang tungkai
5. Osteoporosis. Sekitar satu
dari tiga wanita usia lebih dari 50 tahun merasakan sakit punggung karena ada
ruas tulang belakang yang keropos (osteoporosis) dengan fraktur-fraktur kecil
di ruas tulang belakang, atau rapuh tergencet (compression fracture).
6. Hernia bantalan. Suatu
sobekan atau tekanan pada bantalan dapat menyebabkan bantalan menggembung atau
pecah sehingga menekan saraf.
7. Fibromyalgia. Sakit punggung
karena kekakuan otot dan tendon.
Ginjal. Sakit punggung juga dapat disebabkan gangguan dari organ dalam misalnya ginjal, antara lain pada penyakit infeksi baik akut maupun kronis, batu ginjal, bendungan pada ginjal dan sebagainya. Melalui pemeriksaan urin rutin di laboratorium biasanya diperoleh informasi penting tentang gangguan ginjal.
Ginjal. Sakit punggung juga dapat disebabkan gangguan dari organ dalam misalnya ginjal, antara lain pada penyakit infeksi baik akut maupun kronis, batu ginjal, bendungan pada ginjal dan sebagainya. Melalui pemeriksaan urin rutin di laboratorium biasanya diperoleh informasi penting tentang gangguan ginjal.
8. Luka pada usus 12 jari yang
terletak di bagian belakang, tidak jarang dirasakan sebagai nyeri yang menembus
ke tulang belakang.
9. Sakit punggung dapat juga
berasal dari organ dalam panggul (pelvis) misalnya: infeksi kandung kemih,
endometriosis (jaringan endometrium dari kandungan /uterus yang berada diluar
uterus), kanker ovarium (indung telur), kista ovarium, testis yang terputar dan
sebagainya.
E. FAKTOR RESIKO
Seseorang yang berada pada
risiko sakit punggung bila: Bekerja pada konstruksi, atau pekerjaan yang
memerlukan mengangkat barang berat, banyak membungkuk atau berputar atau vibrasi
seluruh tubuh seperti pada pemakaian alat tumbuk /pemadat batu. Selain itu, postur
tubuh yang jelek, Sedang hamil, Umur lebih dari 30 tahun, Perokok tanpa berolah
raga atau kelebihan berat badan, Punya sakit sendi atau osteoporosis, Punya
ambang batas nyeri yang rendah, Sering merasa stress dan atau depresi.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang
dilakukan antara lain:
1.
Pemeriksaan
Rontgen tulang belakang,
2.
pemeriksaan
EMG (Electro Myography), bila saraf terlibat, untuk memeriksa konduksi saraf,
3.
menemukan
iritasi pada saraf.
4.
MRI
(Magnetic Resonance Imaging)
5.
CT Scan (Computed Tomography) untuk memeriksa
keadaan bantalan, keadaan saraf, otot, ligamen, tulang rawan, tendon, dan
sebagainya.
6.
Lain-lain:
pemeriksaan densitas tulang untuk osteoporosis, bone scan untuk tumor-tumor.
G. MANAGEMENT TERAPI
1. Menghindari aktifitas yang
mencetuskan nyeri
2. Meredakan nyeri (Pemberian
analgetik)
3. Istirahat
4. Memperbaiki mobilitas fisik
(Latihan gerak)
5. Pendidikan tentang mekanika
tubuh yang tepat
BAB II
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
LOW BACK PAIN
A. MASALAH KEPERAWATAN YANG LAZIM MUNCUL
- Nyeri akut
Definisi ; sensori tidak menyenangkan dan pengalaman
emosional yang muncul dari kerusakan jarinagan, baik secara aktual atau
potensial atau merupakan kerusakan ( assosiasi studi nyeri internasional ) yang
terjadi secara tiba-tiba dengan waktu yang lama dengan intensitas ringan sampai
berat dan dapat diantisipasi atau diprediksi dan lamanya kurang dari 6 bulan.
Batasan karakteristik
§ Laporan
secara verbal atau nonverbal.
§ Fakta
dari observasi
§ Posisi antalgic untuk menghindari nyeri
§ Gerakan
melindungi
§ Tingkah
aku berhati-hati
§ Muka
topeng
§ Gangguan
tidur (mata sayu, tampak capek, gerakan sulit atau kacau, menyeringai)
§ Berfokus
pada diri sendiri
§ Fokus
menyempit (gangguan persepsi waktu, proses berpikir, penurunan interaksi dengan
orang lain atau lingkungan)
§ Tingkah
laku distraksi, contoh: jalan-jalan, mencari orang lain dan/atau aktivitas,
aktivitas berulang-ulang.
§ Respon
autonom (seperti diaforesis, perubahan tekanan darah, perubahan pernapasan,
denyut nadi, dan dilatasi pupil)
§ Perubahan
autonom dalam tonus otot (bisa dalam rentang dari lemah sampai kaku)
§ Perilaku
ekspresif (gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, napas
panjang/berkeluh kesah)
§
Perubahan dalam nafsu makan dan minum
Faktor yang
brhubungan :
Agen injuri (
biologi, kimia, fisik, psikologi )
Perencanaan
|
|
outcome
|
Rencana tindakan
|
Nyeri
klien berkurang, dengan kriteria:
Pain Control (Kontrol Nyeri)
1.
Mengenali
faktor penyebab
2.
Mengenali lamanya
(onset sakit)
3.
Menggunakan
metode pencegahan
4.
Menggunakan
metode non-analgetik untuk mengurangi nyeri
5.
Menggunakan
analgetik sesuai kebutuhan
6.
Mencari
bantuan tenaga kesehatan
7.
Melaporkan
gejala pada tenaga kesehatan
8.
Menggunakan
sumber-sumber yang tersedia
9.
Mengenali
gejala-gejala nyeri
10. Mengingat pengalaman nyeri sebelumnya
11. Melaporkan nyeri sudah terkontrol
Skala:
1: Tidak pernah
2: Jarang
3: Kadang-kadang
4: Sering
5: Selalu
Pain Level (Tingkat Nyeri)
1.
Melaporkan
adanya nyeri
2.
Luas bagian
tubuh yang terpengaruh
3.
Frekuensi
nyeri
4.
Panjangnya
episode nyeri
5.
Pernyataan
nyeri
6.
Ekspresi
nyeri pada wajah
7.
Posisi tubuh
protektif
8.
Kurangnya
istirahat
9.
Ketegangan
otot
10. Perubahan pada frekuensi pernapasan
11. Perubahan frekuensi nadi
12. Perubahan tekanan darah
13. Perubahan ukuran pupil
14. Keringat berlebih
15. Kehilangan selera makan
Skala:
1: Berat
2: Agak Berat
3: Sedang
4: Ringan
5: Tidak ada
Pain: Disruptive Effect (Nyeri: Efek yang Mengganggu)
1.
Gangguan
hubungan interpersonal
2.
Putus asa
3.
Gangguan
suasana hati (mood)
4.
Tidak sabar
5.
Gangguan tidur
6.
Kerusakan
mobilitas fisik
7.
Kurang
perawatan diri
8.
Nafsu makan
berkurang
9.
Kesulitan
makan
10. Gangguan eliminasi
Skala:
1: Berat
2: Agak Berat
3: Sedang
4: Ringan
|
Pain Management (Manajemen Nyeri)
1.
Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi
2.
Observasi
reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3.
Gunakan
teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
4.
Kaji budaya
yang mempengaruhi respon nyeri
5.
Evaluasi
pengalaman nyeri masa lampau
6.
Evaluasi
bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektivan kontrol nyeri
masa lampau
7.
Bantu pasien
dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
8.
Kontrol
lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
9.
Kurangi
faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,
nonfarmakologi, dan interpersonal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi
13. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektivan kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri jika tidak berhasil
17. Kaji penerimaan psien tentang manajemen nyeri
Analgetic administration (Pemberian Analgetik)
1.
Tentukan
lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
2.
Cek instruksi
dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
3.
Cek riwayat
alergi
4.
Pilih
analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
5.
Tentukan
pilihan analgetik tergantung tipe dan beratnya nyeri
6.
Tentukan
analgetik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
7.
Pilih rute
pemberian secara IV, IM, untuk pengobatan nyeri secara teratur
8.
ukur tanda
vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
9.
Berikan
analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
10. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek
samping)
|
- Kerusakan mobilitas fisik
Definisi
: Keterbatasan dalam kebebasan untuk pergerakan fisik tertentu pada bagian
tubuh atau lebih ekstremitas
Batasan karakteristik:
§ Postur
tubuh yang tidak stabil selama melakukan kegiatan rutin harian
§ Keterbatasan
kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik kasar
§ Keterbatasan
kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik halus
§ Tidak ada
koordinasi atau pergerakan yang tersentak-sentak
§ Keterbatasan
ROM
§ Kesulitan
berbalik (belok)
§ Perubahan
gaya berjalan (misal penurunan kecepatan berjalan, kesulitan memulai jalan,
langkah sempit, kaki diseret, goyangan yang berlebihan pada posisi lateral)
§ Penurunan
waktu reaksi
§ Bergerak
menyebabkan napas menjadi pendek
§ Usaha
yang kuat untuk perubahan gerak (peningkatan perhatian terhadap aktivitas lain,
perilaku mengontrol, fokus terhadap anggapan ketidakmampuan/aktivitas sebelum
sakit
§ Pergerakan
yang lambat
§ Bergerak
menyebabkan tremor
Faktor
yang berhubungan ;
§ Tidak nyaman / nyeri
§ Kerusakan muskulosskletal dan
neuromuskuler
§ Penurunan kekuatan otot
§ Kekakuan sendi atau kontraktur
§ Kurangnya dukungan fisik dan sosial
Perencanaan
|
|
outcome
|
Rencana tindakan
|
klien
dapat mencapai tingkat mobilitas yang diharapkan, dengan kriteria:
Mobility
Level
(Tingkat Mobilitas)
1.
Keseimbangan tubuh
2.
Posisi tubuh
3.
Gerakan otot
4.
Gerakan sendi
5.
Kemampuan berpindah
Skala:
1:
ketergantungan total
2:
bantuan alat dan orang
3:
bantuan orang
4:
mandiri dengan bantuan alat
5:
mandiri
Joint
Movement: Active (Pergerakan Sendi: Aktif)
1.
Janggut
2.
Leher
3.
Jari kanan
4.
Jari kiri
5.
Jempol kanan
6.
Jempol kiri
7.
Pergelangan kanan
8.
Pergelangan kiri
9.
Siku kanan
10. Siku kiri
11. Pundak kanan
12. Pundak kiri
13. Pergelangan kaki kanan
14. Pergelangan kaki
kiri
15. Lutut kanan
16. Lutut kiri
17. Paha kanan
18. Paha kiri
Skala:
1:
Tidak ada gerakan
2:
Gerakan terbatas
3:
Pergerakan sedang
4:
Pergerakan agak penuh
5:
Pergerakan penuh
|
Bed rest-care (Perawatan Tirah Baring)
1.
Tempatkan pasien pada tempat tidur
terapeutik yang sesuai
2.
Posisikan pasien pada body alignment (garis lurus tubuh)
yang sesuai
3.
Hindarkan
penggunaan linen yang bertekstur kasar
4.
Jaga agar
tempat tidur tetap bersih, kering, dan rapi
5.
Pasang
pengganjal pada kaki pasien
6.
Pasang side rail (pembatas tempat tidur)
7.
Tempatkan
remote pengatur tempat tidur agar bisa terjangkau
8.
Tempatkan bel
dalam jangkauan klien
9.
Tempatkan
meja kecil dalam jangkauan klien
10. Ubah posisi klien setidaknya setiap 2 jam
11. Observasi kondisi kulit
12. Lakukan ROM pasif
13. Bantu klien menjaga kebersihan tubuh
14. Bantu pemenuhan ADL
15. Kaji adanya konstipasi, fungsi perkemihan, dan status/
kondisi paru
Exercise
Therapy: Joint Mobility (Terapi Aktivitas: Mobilitas Sendi)
1.
Kaji keterbatasan pergerakan sendi
dan efeknya terhadap fungsi tubuh
2.
Kolaborasi dengan fisioterapis
dalam merencanakan program
3.
Kaji tingkat motivasi psaien untuk
mempertahankan atau meningkatkan pergerakan sendi
4.
Jelaskan pada pasien/keluarga
tujuan dan rencana latihan persendian
5.
Kaji lokasi dan sumber nyeri
selama aktivitas
6.
Berikan tindakan pegontrol nyeri
sebelum memulai kegiatan
7.
Beri pasien pakaian yang tidak
ketat
8.
Lindungi pasien dari trauma selama
aktivitas
9.
Bantu pasien memposisikan tubuh
yang optimal untuk latihan persendian
10. Motivasi latihan ROM sesuai jadwal
11. Ajarkan pada pasien dan keluarga cara melakukan ROM
sendiri
12. Bantu pasien untuk melakukan pergerakan sendiri secara
teratur dalam batas kemampuannya
13. Motivasi untuk duduk di tempat tidur, di samping tempat
tidur atau di kursi jika pasien mampu
14. Motivasi ambulasi jika perlu
15. Kaji pencapaian tujuan
16. Berikan reinforcement
(penguatan) positif pada klien
|
- Resiko infeksi
Definisi
: resiko munculnya organisme patogen
Faktor yang berhubungan :
·
Penyakit kronis
·
Imunosupresi
·
Tindakan invasif
·
Tidak adekuat pertahanan tubuh sekunder ( Hb, WBC,
penekanan respon inflamasi
·
Peningkatan paparan lingkungan patogen
·
Malnutrisi
·
Tidak adekuat pertahanan tubuh primer
·
Kerusakan jaringan
Perencanaan
|
|
outcome
|
Rencana tindakan
|
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama …x24 jam pasien dapat memperoleh :
1.
Pengetahuan kontrol infeksi dengan indikator :
§ Menerangkan cara-cara penyebaran infeksi
§ Menerangakan faktor yang berkonstribusi terhadap
penyebaran infeksi
§ Menjelaskan tanda dan gejala
§ Menjelaskan aktivitas yang dapat meningkatkan resistensi
terhadap infeksi
2.
Status nutrisi bagus
dengan indikator : Asupan nutrisi, asupan makanan dan cairan, energi, masa
tubuh, berat badan
|
1. Kontrol
Infeksi
§ Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
§
Pertahakan
teknik isolasi
§
Batasi
pengunjung
§ Instruksikan pada pengunjung untuk cuci tangan saat
berkunjung
§ Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
§ Gunakan APD saat tindakan
§ Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
§ Tingkatkan intake nutrisi
§
Beri terapi
antibiotik bila perlu
2. Proteksi
terhadap infeksi
|
- Kurang pengetahuan
Definisi
: kurangnya atau tidak adanya informasi kognitif yang spesifik
Faktor yang berhubungan :
§ Keterbatasan
kognitif
§ Interprestasi
terhadap informasi yang salah
§ Kurangnya
keinginan untuk mencari informasi
§ Tidak mengetahui
sumber informasi
Batasan karakteristik :
§ Perilaku
tidak sesuai
§ Ketidakakuratan
mengikuti instruksi
§ Memverbalisasi
adanya masalah
Perencanaan
|
|
outcome
|
Rencana tindakan
|
NOC : setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama…x24 jam pasien memperoleh :Knoledge : Desease Process,
helth behaviour, Infection control
Dengan kriteria hasil :
§ Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis, dan program pengobatan.
§ Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang
dijelaskan dengan benar
§ Pasien dan keluarga menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan tim kesehatan
|
NIC :
1.
Teacing
desease process
§ Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien
tentang proses penyakit yang spesifik
§ Jelaskan patofisiologi penyakit dan bagaimana hal ini
berhubungan dengan anotomi fisiologinya
§ Ganbarkan tanda dan gejala yang biasa muncul dengan
cara yang tepat
§ Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat
§ Identifikasi kemungkinan penyebab dengan cara yang
tepat
§ Sediakan informasi pada pasien tentang kodisi dengan
cara yang tepat
§ Hindari harapan kosong
§ Sediakan bagi keluarga informasi kemajuan kondisi
pasien
§ Diskusikan pilihan terapi dan penanganan
§ Dukung pasien untuk mengekplorasi atau mendapatkan
secodn opinion dengan cara yang tepat atau diindikaikan
§ Eksplorasi sumber atau deukungan
§ Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala dengan
cara yang tepat
2.
Pembelajaran
proaedur perawatan
§
Informasikan
klien waktu pelaksanaan prosedur perawatan
§
Kaji
pengalaman klien dan tingkat pengetahuan klien tentang prosedur yang
dilakukan
§
Instruksikan
klien berpartisipasi selama prosedur perawatan
§
Jelaskan
hal-hal yang perlu dilakukan etelah prosedur perawatan
|
6.
Defisit
perawatan diri
Definisi
; gangguan kemampuan melakukan aktivitas kebersihan atau menyelesaikan
aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Batasan
Karakteristik:
§ Ketidakmampuan untuk
mandi
§ Ketidakmampuan untuk berpakaian
§ Ketidakmampuan untuk
makan
§
Ketidakmampuan untuk toileting
Faktor
yang berhubungan :
§ Penurunan atau
kurangnya motivasi
§ Hambatan
lingkungan
§ Gangguan
neuromuskuler
§ Nyeri
Perencanaan
|
|
Outcome
|
Rencana tindakan
|
Self-care:
Activities of Daily Living (Perawatan Diri: Aktivitas Dasar Sehari-hari)
1.
Makan
2.
Berpakaian
3.
Toileting
4.
Mandi
5.
Berhias
6.
Higiene
7.
Kebersihan mulut
Skala:
1:
ketergantungan total
2:
bantuan alat dan orang
3:
bantuan orang
4:
mandiri dengan bantuan alat
5: mandiri
|
Self
care-assistance (Bantuan Perawatan Diri): mandi, berpakaian, berhias,
makan, toileting
1.
Kaji kemampuan klien untuk
perawatan diri yang mandiri
2.
Kaji kebutuhan klien akan alat
bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting, dan makan
3.
Sediakan bantuan sampai klien
mampu secara utuh untuk melakukan perawatan diri
4.
Motivasi klien untuk melakukan
aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki
5.
Motivasi untuk melaksanakan secara
mandiri, tapi beri bantuan jika klien tidak mampu melakukannya.
6.
Ajarkan klien/ keluarga untuk
meningkatkan kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak
mampu melakukannya
7.
Berikan
aktivitas rutin sehari-hari sesuai kemampuan
8.
Pertimbangkan
usia klien jika meningkatkan pelaksanaan aktivitas sehari-hari
|
DAFTAR
PUSTAKA
- Back Care, the UK charity for healthier backs. Date accessed: February, 18 2006. Available at : http://www.backcare.org.uk/
- Back pain-low. ADAM Editorial. Update Date: 9/14/2003. Date accessed: February, 18 2005. Available at :
- Brunner dan Suddarth’s. 1997. Buku ajar keperawatan medical bedah. Edisi 8. Vol.3. EGC. Jakarta.
- Exercise beats back pain. BBC News, 30 Jul 1999. Date accessed: February, 18 2005. Available at :
- Low back pain. Medinfo article. Date accessed: February, 18 2005. Available at : http://www.medinfo.co.uk/
- Low back pain. American Academy of Orthopaedic Surgeons. Date accessed: February, 18 2005. Available at : http://orthoinfo.aao
- McCloskey, J.C, Bulechek, G.M , 1996, Nursing Intervention Classification (NIC) Mosby, St Louis
- Nanda, 2001, Nursing Diagnosis : Definitions and Classification 2001-2002, Philadelphia
- Sjamsuhidrajat R dan Jong Wd. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. EGC, Jakarta
- The Royal College of General Practitioners Guidelines on the Management of Acute Back Pain. 1999. Date accessed: February, 18 2005. Available at :
uscle strain adalah adanya perlukaan pada jaringan otot karena gerakan overstretching yang tiba-tiba. Temukan cara menanggulangi Muscle strain di tanyadok.com portal informasi layanan kesehatan untuk menemukan penyebab dan cara penangulangannya.
BalasHapus