Sabtu, 23 Februari 2013

lbp


LOW BACK PAIN
(NYERI PUNGGUNG BAWAH)

BAB I

 PENDAHULUAN


A.   DEFINISI

            Low Back Pain  (LBP) adalah nyeri yang dirasakan pada derah punggung bawah dimana sumber nyeri tersebut bisa berasal dari otot, punggung, saraf, atau struktur lain pada regio punggung. Sumber nyeri juga bisa berasal dari area lain seperti pikiran (psikologis), harnia, atau masalah pada testis / ovarium.

B. TANDA DAN GEJALA
            Pasien biasanya mengeluh nyeri punggung akut maupun kronis (lebih dari 2 bulan tanpa perbaikan) dan kelemahan.
Karakteristik LBP diantaranya :
            - Nyeri punggung paraspinal                                                        
            - Nyeri diperhebat oleh pembebanan punggung
            - Nyeri alih ke regio gluteus atau paha
            - Nyeri hilang bila istirahat

C. ETIOLOGI
Sebagian besar nyeri punggung bawah tidak dapat ditentukan penyebabnya secara jelas.
  Beberapa penyebab LBP:
1.    Keseleo otot (muscle strain)/ otot yang tertarik.
2.    Spasme otot.
3.    Osteoartritis.
4.    Sciatica.
5.    Osteoporosis.
6.    Hernia bantalan.
7.    Fibromyalgia.
8.    Luka pada usus 12 jari.
9.    Lainnya : infeksi kandung kemih, endometriosis (jaringan endometrium dari kandungan /uterus yang berada diluar uterus), kanker ovarium (indung telur), kista ovarium, testis yang terputar dan sebagainya.

D. PATOFISIOLOGI
Konstruksi punggung yang unik memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat memberikan perlindungan maksimal terhadap sumsum tulang belakang. Discus invertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Sehingga degenerasi discus ini merupakan penyebab nyeri punggung utama.
Patofisiologi dikalisifikasikan berdasarkan beberapa penyebab LBP:
1.    Keseleo otot (muscle strain)/ otot yang tertarik. Otot yang tertarik/teregang termasuk tendon dan ligamen atau sendi yang meradang dapat menyebabkan sakit punggung
2.    Spasme otot. Otot yang berkontraksi (spasm) merupakan akibat adanya kerusakan. Spasme ini sebenarnya dimaksudkan untuk mengistirahatkan bagian yang sakit sehingga mencegah kerusakan lebih lanjut
3.    Osteoartritis. Adalah proses penuaan sendi biasanya pada usia di atas 60 tahun. Terjadi kerusakan tulang rawan yang melapisi permukaan dalam sendi ruas tulang belakang.
4.    Sciatica. Nyeri karena terjepitnya saraf atau meradang, dirasakan di bagian punggung, dapat menjalar ke bokong/bagian belakang tungkai
5.    Osteoporosis. Sekitar satu dari tiga wanita usia lebih dari 50 tahun merasakan sakit punggung karena ada ruas tulang belakang yang keropos (osteoporosis) dengan fraktur-fraktur kecil di ruas tulang belakang, atau rapuh tergencet (compression fracture).
6.    Hernia bantalan. Suatu sobekan atau tekanan pada bantalan dapat menyebabkan bantalan menggembung atau pecah sehingga menekan saraf.
7.    Fibromyalgia. Sakit punggung karena kekakuan otot dan tendon.
Ginjal. Sakit punggung juga dapat disebabkan gangguan dari organ dalam misalnya ginjal, antara lain pada penyakit infeksi baik akut maupun kronis, batu ginjal, bendungan pada ginjal dan sebagainya. Melalui pemeriksaan urin rutin di laboratorium biasanya diperoleh informasi penting tentang gangguan ginjal.
8.    Luka pada usus 12 jari yang terletak di bagian belakang, tidak jarang dirasakan sebagai nyeri yang menembus ke tulang belakang.
9.    Sakit punggung dapat juga berasal dari organ dalam panggul (pelvis) misalnya: infeksi kandung kemih, endometriosis (jaringan endometrium dari kandungan /uterus yang berada diluar uterus), kanker ovarium (indung telur), kista ovarium, testis yang terputar dan sebagainya.

E. FAKTOR RESIKO
                  Seseorang yang berada pada risiko sakit punggung bila: Bekerja pada konstruksi, atau pekerjaan yang memerlukan mengangkat barang berat, banyak membungkuk atau berputar atau vibrasi seluruh tubuh seperti pada pemakaian alat tumbuk /pemadat batu. Selain itu, postur tubuh yang jelek, Sedang hamil, Umur lebih dari 30 tahun, Perokok tanpa berolah raga atau kelebihan berat badan, Punya sakit sendi atau osteoporosis, Punya ambang batas nyeri yang rendah, Sering merasa stress dan atau depresi.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
                  Pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain:
1.    Pemeriksaan Rontgen tulang belakang,
2.    pemeriksaan EMG (Electro Myography), bila saraf terlibat, untuk memeriksa konduksi saraf,
3.    menemukan iritasi pada saraf.
4.    MRI (Magnetic Resonance Imaging)
5.     CT Scan (Computed Tomography) untuk memeriksa keadaan bantalan, keadaan saraf, otot, ligamen, tulang rawan, tendon, dan sebagainya.
6.    Lain-lain: pemeriksaan densitas tulang untuk osteoporosis, bone scan untuk tumor-tumor.

G. MANAGEMENT TERAPI
1.    Menghindari aktifitas yang mencetuskan nyeri
2.    Meredakan nyeri (Pemberian analgetik)
3.    Istirahat
4.    Memperbaiki mobilitas fisik (Latihan gerak)
5.    Pendidikan tentang mekanika tubuh yang tepat



     



BAB II

 STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN

LOW BACK PAIN


A.   MASALAH KEPERAWATAN YANG LAZIM MUNCUL

  1. Nyeri akut
Definisi ; sensori tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul dari kerusakan jarinagan, baik secara aktual atau potensial atau merupakan kerusakan ( assosiasi studi nyeri internasional ) yang terjadi secara tiba-tiba dengan waktu yang lama dengan intensitas ringan sampai berat dan dapat diantisipasi atau diprediksi dan lamanya kurang dari 6 bulan.
Batasan karakteristik
§   Laporan secara verbal atau nonverbal.
§   Fakta dari observasi
§   Posisi antalgic untuk menghindari nyeri
§   Gerakan melindungi
§   Tingkah aku berhati-hati
§   Muka topeng
§   Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, gerakan sulit atau kacau, menyeringai)
§   Berfokus pada diri sendiri
§   Fokus menyempit (gangguan persepsi waktu, proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang lain atau lingkungan)
§   Tingkah laku distraksi, contoh: jalan-jalan, mencari orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang.
§   Respon autonom (seperti diaforesis, perubahan tekanan darah, perubahan pernapasan, denyut nadi, dan dilatasi pupil)
§   Perubahan autonom dalam tonus otot (bisa dalam rentang dari lemah sampai kaku)
§   Perilaku ekspresif (gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, napas panjang/berkeluh kesah)
§   Perubahan dalam nafsu makan dan minum

Faktor yang brhubungan :
Agen injuri  ( biologi, kimia, fisik, psikologi )


Perencanaan
outcome
Rencana tindakan
Nyeri klien berkurang, dengan kriteria:

Pain Control (Kontrol Nyeri)
1.    Mengenali faktor penyebab
2.    Mengenali lamanya (onset sakit)
3.    Menggunakan metode pencegahan
4.    Menggunakan metode non-analgetik untuk mengurangi nyeri
5.    Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan
6.    Mencari bantuan tenaga kesehatan
7.    Melaporkan gejala pada tenaga kesehatan
8.    Menggunakan sumber-sumber yang tersedia
9.    Mengenali gejala-gejala nyeri
10. Mengingat pengalaman nyeri sebelumnya
11. Melaporkan nyeri sudah terkontrol
Skala:
1: Tidak pernah
2: Jarang
3: Kadang-kadang
4: Sering
5: Selalu



Pain Level (Tingkat Nyeri)
1.    Melaporkan adanya nyeri
2.    Luas bagian tubuh yang terpengaruh
3.    Frekuensi nyeri
4.    Panjangnya episode nyeri
5.    Pernyataan nyeri
6.    Ekspresi nyeri pada wajah
7.    Posisi tubuh protektif
8.    Kurangnya istirahat
9.    Ketegangan otot
10. Perubahan pada frekuensi pernapasan
11. Perubahan frekuensi nadi
12. Perubahan tekanan darah
13. Perubahan ukuran pupil
14. Keringat berlebih
15. Kehilangan selera makan
Skala:
1: Berat
2: Agak Berat
3: Sedang
4: Ringan
5: Tidak ada

Pain: Disruptive Effect (Nyeri: Efek yang Mengganggu)
1.    Gangguan hubungan interpersonal
2.    Putus asa
3.    Gangguan suasana hati (mood)
4.    Tidak sabar
5.    Gangguan tidur
6.    Kerusakan mobilitas fisik
7.    Kurang perawatan diri
8.    Nafsu makan berkurang
9.    Kesulitan makan
10. Gangguan eliminasi
Skala:
1: Berat
2: Agak Berat
3: Sedang
4: Ringan

Pain Management (Manajemen Nyeri)
1.     Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi
2.     Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3.     Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
4.     Kaji budaya yang mempengaruhi respon nyeri
5.     Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
6.     Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektivan kontrol nyeri masa lampau
7.     Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
8.     Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
9.     Kurangi faktor presipitasi nyeri
10.  Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, nonfarmakologi, dan interpersonal)
11.  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
12.  Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi
13.  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
14.  Evaluasi keefektivan kontrol nyeri
15.  Tingkatkan istirahat
16.  Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri jika tidak berhasil
17.  Kaji penerimaan psien tentang manajemen nyeri




Analgetic administration (Pemberian Analgetik)
1.    Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
2.    Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
3.    Cek riwayat alergi
4.    Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
5.    Tentukan pilihan analgetik tergantung tipe dan beratnya nyeri
6.    Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
7.    Pilih rute pemberian secara IV, IM, untuk pengobatan nyeri secara teratur
8.    ukur tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
9.    Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
10. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)



  1. Kerusakan mobilitas fisik
Definisi : Keterbatasan dalam kebebasan untuk pergerakan fisik tertentu pada bagian tubuh atau lebih ekstremitas
Batasan karakteristik:
§  Postur tubuh yang tidak stabil selama melakukan kegiatan rutin harian
§  Keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik kasar
§  Keterbatasan kemampuan untuk melakukan keterampilan motorik halus
§  Tidak ada koordinasi atau pergerakan yang tersentak-sentak
§  Keterbatasan ROM
§  Kesulitan berbalik (belok)
§  Perubahan gaya berjalan (misal penurunan kecepatan berjalan, kesulitan memulai jalan, langkah sempit, kaki diseret, goyangan yang berlebihan pada posisi lateral)
§  Penurunan waktu reaksi
§  Bergerak menyebabkan napas menjadi pendek
§  Usaha yang kuat untuk perubahan gerak (peningkatan perhatian terhadap aktivitas lain, perilaku mengontrol, fokus terhadap anggapan ketidakmampuan/aktivitas sebelum sakit
§  Pergerakan yang lambat
§  Bergerak menyebabkan tremor
Faktor yang berhubungan ;
§  Tidak nyaman / nyeri
§  Kerusakan muskulosskletal dan neuromuskuler
§  Penurunan kekuatan otot
§  Kekakuan sendi atau kontraktur
§  Kurangnya dukungan fisik dan sosial



Perencanaan
outcome
Rencana tindakan
klien dapat mencapai tingkat mobilitas yang diharapkan, dengan kriteria:

Mobility Level (Tingkat Mobilitas)
1.  Keseimbangan tubuh
2.  Posisi tubuh
3.  Gerakan otot
4.  Gerakan sendi
5.  Kemampuan berpindah
Skala:
1: ketergantungan total
2: bantuan alat dan orang
3: bantuan orang
4: mandiri dengan bantuan alat
5: mandiri

Joint Movement: Active (Pergerakan Sendi: Aktif)
1.    Janggut
2.    Leher
3.    Jari kanan
4.    Jari kiri
5.    Jempol kanan
6.    Jempol kiri
7.    Pergelangan kanan
8.    Pergelangan kiri
9.    Siku kanan
10. Siku kiri
11. Pundak kanan
12. Pundak kiri
13. Pergelangan kaki kanan
14.  Pergelangan kaki kiri
15. Lutut kanan
16. Lutut kiri
17. Paha kanan
18. Paha kiri
Skala:
1: Tidak ada gerakan
2: Gerakan terbatas
3: Pergerakan sedang
4: Pergerakan agak penuh
5: Pergerakan penuh

 Bed rest-care (Perawatan Tirah Baring)
1.    Tempatkan pasien pada tempat tidur terapeutik yang sesuai
2.    Posisikan pasien pada body alignment (garis lurus tubuh) yang sesuai
3.    Hindarkan penggunaan linen yang bertekstur kasar
4.    Jaga agar tempat tidur tetap bersih, kering, dan rapi
5.    Pasang pengganjal pada kaki pasien
6.    Pasang side rail (pembatas tempat tidur)
7.    Tempatkan remote pengatur tempat tidur agar bisa terjangkau
8.    Tempatkan bel dalam jangkauan klien
9.    Tempatkan meja kecil dalam jangkauan klien
10. Ubah posisi klien setidaknya setiap 2 jam
11. Observasi kondisi kulit
12. Lakukan ROM pasif
13. Bantu klien menjaga kebersihan tubuh
14. Bantu pemenuhan ADL
15. Kaji adanya konstipasi, fungsi perkemihan, dan status/ kondisi paru

Exercise Therapy: Joint Mobility (Terapi Aktivitas: Mobilitas Sendi)
1.    Kaji keterbatasan pergerakan sendi dan efeknya terhadap fungsi tubuh
2.    Kolaborasi dengan fisioterapis dalam merencanakan program
3.    Kaji tingkat motivasi psaien untuk mempertahankan atau meningkatkan pergerakan sendi
4.    Jelaskan pada pasien/keluarga tujuan dan rencana latihan persendian
5.    Kaji lokasi dan sumber nyeri selama aktivitas
6.    Berikan tindakan pegontrol nyeri sebelum memulai kegiatan
7.    Beri pasien pakaian yang tidak ketat
8.    Lindungi pasien dari trauma selama aktivitas
9.    Bantu pasien memposisikan tubuh yang optimal untuk latihan persendian
10. Motivasi latihan ROM sesuai jadwal
11. Ajarkan pada pasien dan keluarga cara melakukan ROM sendiri
12. Bantu pasien untuk melakukan pergerakan sendiri secara teratur dalam batas kemampuannya
13. Motivasi untuk duduk di tempat tidur, di samping tempat tidur atau di kursi jika pasien mampu
14. Motivasi ambulasi jika perlu
15. Kaji pencapaian tujuan
16. Berikan reinforcement (penguatan) positif pada klien



  1. Resiko infeksi
Definisi : resiko munculnya organisme patogen
Faktor yang berhubungan :
·         Penyakit kronis
·         Imunosupresi
·         Tindakan invasif
·         Tidak adekuat pertahanan tubuh sekunder ( Hb, WBC, penekanan respon inflamasi
·         Peningkatan paparan lingkungan patogen
·         Malnutrisi
·         Tidak adekuat pertahanan tubuh primer
·         Kerusakan jaringan



Perencanaan
outcome
Rencana tindakan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …x24 jam pasien dapat memperoleh :
1. Pengetahuan kontrol infeksi dengan indikator :
§ Menerangkan cara-cara penyebaran infeksi
§ Menerangakan faktor yang berkonstribusi terhadap penyebaran infeksi
§ Menjelaskan tanda dan gejala
§ Menjelaskan aktivitas yang dapat meningkatkan resistensi terhadap infeksi

2. Status nutrisi bagus dengan indikator : Asupan nutrisi, asupan makanan dan cairan, energi, masa tubuh, berat badan
1.    Kontrol Infeksi
§  Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
§        Pertahakan teknik isolasi
§        Batasi pengunjung
§  Instruksikan pada pengunjung untuk cuci tangan saat berkunjung
§  Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
§  Gunakan APD saat tindakan
§  Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
§  Tingkatkan intake nutrisi
§        Beri terapi antibiotik bila perlu
2.    Proteksi terhadap infeksi
  • Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
  • Monitor hitung granulosit, WBC
  • Monitor kerentanan terhadap infeksi
  • Batasi pengunjung
  • Saring pengunjung terhadap penyakit menular
  • Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko
  • Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase
  • Anjurkan masukan nutrisi yang cukup





  1. Kurang pengetahuan
Definisi : kurangnya atau tidak adanya informasi kognitif yang spesifik
             Faktor yang berhubungan :
§  Keterbatasan kognitif
§  Interprestasi terhadap informasi yang salah
§  Kurangnya keinginan untuk mencari informasi
§  Tidak mengetahui sumber informasi

Batasan karakteristik :
§  Perilaku tidak sesuai
§  Ketidakakuratan mengikuti instruksi
§  Memverbalisasi adanya masalah


Perencanaan
outcome
Rencana tindakan
NOC : setelah dilakukan asuhan keperawatan selama…x24 jam pasien memperoleh :Knoledge : Desease Process, helth behaviour, Infection control
Dengan kriteria hasil :
§ Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis, dan program pengobatan.
§ Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan dengan benar
§ Pasien dan keluarga menjelaskan kembali apa yang dijelaskan tim kesehatan
NIC :
1. Teacing desease process
§  Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik
§  Jelaskan patofisiologi penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anotomi fisiologinya
§  Ganbarkan tanda dan gejala yang biasa muncul dengan cara yang tepat
§  Gambarkan proses penyakit dengan cara yang tepat
§  Identifikasi kemungkinan penyebab dengan cara yang tepat
§  Sediakan informasi pada pasien tentang kodisi dengan cara yang tepat
§  Hindari harapan kosong
§  Sediakan bagi keluarga informasi kemajuan kondisi pasien
§  Diskusikan pilihan terapi dan penanganan
§  Dukung pasien untuk mengekplorasi atau mendapatkan secodn opinion dengan cara yang tepat atau diindikaikan
§  Eksplorasi sumber atau deukungan
§  Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala dengan cara yang tepat

2. Pembelajaran proaedur perawatan
§  Informasikan klien waktu pelaksanaan prosedur perawatan
§  Kaji pengalaman klien dan tingkat pengetahuan klien tentang prosedur yang dilakukan
§  Instruksikan klien berpartisipasi selama prosedur perawatan
§  Jelaskan hal-hal yang perlu dilakukan etelah prosedur perawatan


6.    Defisit perawatan diri
Definisi ; gangguan kemampuan melakukan aktivitas kebersihan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Batasan Karakteristik:
§ Ketidakmampuan untuk mandi
§  Ketidakmampuan untuk berpakaian
§ Ketidakmampuan untuk makan
§ Ketidakmampuan untuk toileting

            Faktor yang berhubungan :
§ Penurunan atau kurangnya motivasi
§ Hambatan lingkungan
§ Gangguan neuromuskuler
§ Nyeri



Perencanaan
Outcome
Rencana tindakan
Self-care: Activities of Daily Living (Perawatan Diri: Aktivitas Dasar Sehari-hari)
1.    Makan
2.    Berpakaian
3.    Toileting
4.    Mandi
5.    Berhias
6.    Higiene
7.    Kebersihan mulut
Skala:
1: ketergantungan total
2: bantuan alat dan orang
3: bantuan orang
4: mandiri dengan bantuan alat
5: mandiri
Self care-assistance (Bantuan Perawatan Diri): mandi, berpakaian, berhias, makan, toileting
1.    Kaji kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri
2.    Kaji kebutuhan klien akan alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting, dan makan
3.    Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan perawatan diri
4.    Motivasi klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki
5.    Motivasi untuk melaksanakan secara mandiri, tapi beri bantuan jika klien tidak mampu melakukannya.
6.    Ajarkan klien/ keluarga untuk meningkatkan kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu melakukannya
7.    Berikan aktivitas rutin sehari-hari sesuai kemampuan
8.    Pertimbangkan usia klien jika meningkatkan pelaksanaan aktivitas sehari-hari



DAFTAR PUSTAKA

  1. Back Care, the UK charity for healthier backs. Date accessed: February, 18 2006. Available at : http://www.backcare.org.uk/
  2. Back pain-low. ADAM Editorial. Update Date: 9/14/2003. Date accessed: February, 18 2005. Available at :
  1. Brunner dan Suddarth’s. 1997. Buku ajar keperawatan medical bedah. Edisi 8. Vol.3. EGC. Jakarta.
  2. Exercise beats back pain. BBC News, 30 Jul 1999. Date accessed: February, 18 2005. Available at :
  1. Low back pain. Medinfo article. Date accessed: February, 18 2005. Available at : http://www.medinfo.co.uk/
  2. Low back pain. American Academy of Orthopaedic Surgeons. Date accessed: February, 18 2005. Available at : http://orthoinfo.aao
  3. McCloskey, J.C,  Bulechek,  G.M , 1996, Nursing  Intervention Classification (NIC) Mosby,  St Louis
  4. Nanda,  2001,  Nursing  Diagnosis : Definitions  and Classification  2001-2002, Philadelphia
  5. Sjamsuhidrajat R dan Jong Wd. 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. EGC, Jakarta
  6. The Royal College of General Practitioners Guidelines on the Management of Acute Back Pain. 1999.  Date accessed: February, 18 2005. Available at :

1 komentar:

  1. uscle strain adalah adanya perlukaan pada jaringan otot karena gerakan overstretching yang tiba-tiba. Temukan cara menanggulangi Muscle strain di tanyadok.com portal informasi layanan kesehatan untuk menemukan penyebab dan cara penangulangannya.

    BalasHapus